Sajadah Terlipat di Buduran: Elegi Syuhada Al Khoziny

Table of Contents

Sajadah Terlipat di Buduran: Elegi Syuhada Al Khoziny


Hari Santri 2025: Mengingat kembali duka Ponpes Al Khoziny. Sebanyak 53 santri gugur tertimpa mushala saat salat Asar. Sebuah puisi pilu, tribut untuk pahlawan ilmu.
 

Bukan gema Resolusi Jihad yang kami nanti,

22 Oktober kini berbingkai sunyi yang pasti.

Kami ingat Wathon, dan darah pahlawan 1945,

Namun kini, kami mengingat Asar yang terhenti, jiwa-jiwa yang terlampau dini.

Di Buduran, Sidoarjo, bukan peluru yang mengoyak dada suci,

Tapi beton dan besi, dari bangunan yang disangka mengokohkan janji.

Kami merayakanmu, Wahai Santri, di tengah puing yang belum usai disibak,

Sebab pengorbananmu kini, adalah jihad yang tak lagi berjejak teriak.

 

Pukul tiga, Matahari memerah keheningan,

Ratusan jiwa berwudu, merangkai khusyuk dalam kebersamaan.

Musala lantai tiga, pondasi ilmu yang sedang didirikan,

Menanti shalat Asar, waktu di mana cahaya mulai diredupkan.

Di atas, pengecoran terakhir, ambisi yang tergesa,

Mendengar suara banter batu jatuh, gemuruh yang membelah doa.  

Tiang-tiang patah, janji beton runtuh dalam sedetik duka,

Mengejar Wathon di masa lalu, kini terperangkap di bumi Nusantara.

 

Puluhan Santri, terperangkap di lantai pertama ibadah,

Terkubur di bawah ambisi dan konstruksi yang tak terarah.

Mencari slempit-slempitan, celah sempit untuk bernapas dan keluar ,  

Di antara bata basah, debu semen yang menelan air mata gugur.

Suara tangisan terdengar, dari balik puing yang masif,

Proses evakuasi yang pelik, janji pertolongan yang terasa naratif.

Lima puluh tiga cahaya, kini menjadi bilangan kematian ,  

Lima puluh tiga nama, termuliakan dalam keabadian.

 

Wahai Kiai, ajarkan lagi makna laku yang sesungguhnya,

Ngèlmu iku kalakone kanthi laku, tuntas sudah di depan mata.

Mereka gugur saat thalabul ilmi, dalam kerangka taat dan santun,

Mushala menjadi batas akhir, bukan akhir dari ilmu yang dihimpun.

Kematian tertimpa bangunan, adalah derajat Syahid Akhirat yang dijanjikan ,  

Kematian di jalan ilmu, adalah kesempurnaan yang telah dinantikan.  

Kau bukan kalah oleh penjajah, Nak, tapi oleh takdir yang menjelma beton,

Kau pergi sebelum sempurna, namun disempurnakan oleh Ikhlas yang tulus, Nak.

 

Sajadah-sajadah itu kini terlipat, di Buduran yang berduka,

Menjadi saksi bisu, bagi 53 santri yang kembali ke pangkuan Maha Kuasa.

Kami angkat pandangan dari Debu Sidoarjo yang kelam,

Menuju Langit Arasy, tempatmu kini tersenyum tenang.

Selamat Hari Santri, wahai Syuhada Al Khoziny,

Kalian adalah pilar bangsa, yang gugur dalam damai dan suci.

Semoga keikhlasanmu menyucikan pondasi yang pernah rapuh di bumi,

Dan doa kami adalah peluk, bagi raga yang kini abadi.


#puisiharisantri

#harisantrinasional2025


Posting Komentar