TfC0Tpd7Tpd5GUC9TfA0BUr7BY==

Gus Iqdam: Lapang Dada Menerima Hidayah dan Sebab-Sebab Hilangnya Petunjuk Allah

Gus Iqdam: Lapang Dada Menerima Hidayah & Sebab-Sebab Hilangnya Petunjuk Allah

Setiap manusia mendambakan ketenangan hati, kebahagiaan hidup, dan jalan yang lurus menuju ridha Allah. Namun tidak semua orang diberi kemampuan untuk melihat kebenaran, apalagi menerimanya dengan lapang dada.

Gus Iqdam, dalam banyak tausiahnya, sering mengingatkan: “Hidayah itu bukan hasil usaha semata, tapi anugerah. Tapi anugerah itu turun kepada hati yang siap menerimanya.”

Allah ﷻ berfirman:

فَمَن يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ

“Barang siapa yang dikehendaki Allah untuk diberi petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk Islam.” (QS. Al-An‘ām: 125)

Ayat ini seperti cermin. Ia mengajak kita bertanya: Apakah dada kita lapang menerima kebenaran? Ataukah justru sempit ketika mendengar nasihat dan teguran?

1. Tanda Orang Diberi Hidayah oleh Allah

Dalam sebuah hadis yang indah, Rasulullah ﷺ pernah ditanya:

“Ya Rasulullah, apakah Islam memiliki tanda?”

Beliau menjawab:

نَعَمْ، انْشِرَاحُ الصَّدْرِ

“Ya, yaitu lapangnya dada.” (HR. Ahmad)

Makna “lapang dada” bukan sekadar tenang, tetapi juga ikhlas menerima perintah Allah, ringan beribadah, dan sabar menghadapi ujian.

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah menjadikan hati orang beriman itu luas, tidak sempit oleh syariat.

Sedangkan Al-Qurthubi menafsirkan bahwa lapangnya dada adalah tanda bersihnya hati dari keraguan.

Hidayah bukan sekadar pengetahuan tentang agama, tapi rasa nikmat ketika tunduk kepada kebenaran.

Gus Iqdam sering berkata dalam ceramahnya,

“Kalau hatimu lapang saat diingatkan, tandanya Allah sedang membimbingmu. Tapi kalau kamu tersinggung, mungkin hatimu sedang butuh dibersihkan.”

2. Ketika Dunia Mengaburkan Cahaya Ilmu

Ilmu adalah cahaya yang menuntun langkah manusia. Tanpa ilmu, ibadah kehilangan makna.

Rasulullah ﷺ bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah)

Namun, ketika ilmu ditinggalkan dan dunia dikejar tanpa arah, maka umat kehilangan arah spiritualnya.

Imam Al-Ghazali pernah menulis:

“Kehancuran umat ini karena dua hal: lemahnya ilmu dan kuatnya cinta dunia.”

Kita bisa merasakannya hari ini — banyak yang pandai berbicara, tapi sedikit yang memahami makna; banyak yang cerdas mencari uang, tapi lalai mencari bekal akhirat.

Allah berfirman:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

“Allah meninggikan derajat orang-orang beriman dan berilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujādilah: 11)

Ilmu itu bukan sekadar hafalan, tetapi petunjuk hidup yang menghidupkan hati. Dan ketika manusia menjauh darinya, keberkahan hidup pun perlahan memudar.

3. Hilangnya Keberkahan Saat Menjauhi Ulama

Salah satu fenomena yang disorot Gus Iqdam dalam banyak pengajiannya adalah hilangnya rasa hormat kepada ulama.

Padahal, merekalah pewaris para nabi.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ

“Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari dada manusia, tetapi dengan mewafatkan para ulama.” (HR. Bukhari & Muslim)

Ketika masyarakat menjauh dari ulama, tiga bala sering datang:

Hilangnya keberkahan dari usaha,

Kekacauan dalam kepemimpinan,

Dan hati yang keras menerima nasihat.

Ibnul Qayyim berkata:

“Siapa yang jauh dari ulama, akan dekat dengan kesesatan — meski ia merasa paling tahu.”

Kita butuh ulama seperti butuh cahaya. Tanpa mereka, agama hanya akan tinggal simbol, bukan lagi bimbingan.

4. Teman yang Baik Adalah Cermin Iman

Banyak orang kehilangan hidayah bukan karena mereka tidak tahu mana benar, tapi karena lingkungan yang menyesatkan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

“Seseorang berada di atas agama temannya, maka perhatikanlah siapa yang engkau jadikan teman.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi)

Teman yang saleh seperti penjual minyak wangi — walau kita tak membeli, kita tetap ikut harum.

Sebaliknya, teman yang buruk seperti pandai besi — walau tak terbakar, tetap terkena asapnya.

Maka, jika ingin hati tetap hidup, pilih lingkungan yang mendekatkanmu pada Allah.

5. Enam Penyakit yang Menghapus Amal Kebaikan

Ada penyakit hati yang tampak kecil, tapi bisa menghapus pahala besar. Gus Iqdam sering menyinggung hal ini dengan bahasa sederhana, “Iblis itu gak butuh buat kamu maksiat besar, cukup kamu sombong dan merasa paling benar.”

Berikut enam penyakit yang perlu diwaspadai:

Sibuk Mengurusi Aib Orang Lain

“Dia melihat debu di mata saudaranya, namun lupa pada balok di matanya sendiri.” (HR. Ibn Hibban)

Hati yang Keras

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّن بَعْدِ ذَٰلِكَ (QS. Al-Baqarah: 74)

Cinta Dunia Berlebihan

“Cinta dunia adalah pangkal segala kesalahan.” — Imam Al-Ghazali

Hilangnya Rasa Malu

الْحَيَاءُ مِنَ الإِيمَانِ (HR. Muslim)

Panjang Angan-Angan

“Orang paling cerdas adalah yang menyiapkan diri untuk setelah mati.” (HR. At-Tirmidzi)

Terus-Menerus Berbuat Zalim

الظُّلْمُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (HR. Bukhari & Muslim)

Menjemput Hidayah dengan Membersihkan Hati

Hidayah bukan milik orang yang merasa paling benar, tapi untuk mereka yang mau berubah.

Ia datang kepada hati yang lembut, yang mau menerima teguran dan terus belajar.

Ibnul Qayyim berpesan:

“Jika engkau ingin Allah membukakan hidayah untukmu, bersihkan hatimu dari cinta dunia, sibukkan dirimu dengan ilmu, dan dekatilah ulama.”

Dalam setiap nasihat Gus Iqdam, terselip pesan lembut tapi tajam:

“Allah itu Maha Lembut. Tapi kalau kamu keras kepala, jangan salahkan siapa pun kalau hidayah menjauh.”

Semoga kita termasuk hamba-hamba yang dilapangkan dadanya untuk Islam, yang mencintai ilmu, menghormati ulama, dan menjaga hati dari penyakit yang memadamkan cahaya hidayah.

Rujukan

  • Al-Qur’an Al-Karim: Al-An‘ām:125, Al-Mujādilah:11, Al-Baqarah:74
  • Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim – Kitab al-‘Ilm
  • Ihya’ Ulumiddin – Imam Al-Ghazali
  • Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qurthubi
  • Madarijus Salikin – Ibnul Qayyim al-Jauziyyah

Kata Kunci: Gus Iqdam, hidayah Allah, tanda orang diberi petunjuk, lapang dada menerima Islam, sebab 


Komentar0

Type above and press Enter to search.