Profil Mbah Riyan Ibnu Harjo Al Jawi yang Ternyata Alumni TBS Kudus

Table of Contents

Profil Mbah Riyan Ibnu Harjo Al Jawi, Ternyata Alumni TBS Kudus

Akhir-akhir ini jagat media sosial dihebohkan dengan sosok Mbah Riyan, seorang pria sederhana asal Kudus yang kesehariannya dikenal sebagai kuli bangunan. Namun siapa sangka, di balik penampilan yang tampak biasa itu, ternyata beliau adalah seorang alim dengan puluhan karya kitab yang membahas berbagai fan ilmu keislaman. Banyak orang kaget, bagaimana mungkin seorang tukang bangunan mampu menulis kitab dengan kedalaman ilmu yang luar biasa.

Kisah inspiratif ini menjadi viral karena membuktikan bahwa keilmuan tidak selalu diukur dari status sosial, melainkan dari kesungguhan hati dalam menuntut ilmu. Lalu, siapakah sebenarnya sosok Mbah Riyan yang belakangan ramai diperbincangkan?


Biodata Singkat Mbah Riyan

Sesuai penelusuran Ilmu Santri berikut profil Mbah Riyan Kudus:

  • Nama Asli: Supriyanto
  • Nama Populer: Mbah Riyan Ibnu Harjo Al Jawi
  • Nama pena dalam kitab: Ibnu Harjo Al Jawi / Abu Sabiq Supriyanto Al Qudsy
  • Ayah: Harjo
  • Alamat: Desa Wates, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah
  • Alumni: Madrasah Tasywiquth Thullab Salafiyyah (TBS) Kudus
  • Pendidikan Lanjutan: LIPIA Jakarta

Dengan latar belakang pendidikan agama yang kuat, Mbah Riyan tumbuh sebagai sosok yang cinta ilmu. Meski harus bekerja keras sebagai kuli bangunan demi mencukupi kebutuhan hidup, beliau tetap konsisten menulis, menelaah, dan menghasilkan karya kitab.

Jejak Pendidikan Mbah Riyan

1. Menimba Ilmu di TBS Kudus

Madrasah Tasywiquth Thullab Salafiyyah (TBS) Kudus dikenal sebagai salah satu pesantren tertua di Jawa Tengah yang banyak melahirkan ulama besar. Di sinilah Mbah Riyan muda belajar berbagai disiplin ilmu agama mulai dari tafsir, hadis, fikih, hingga tasawuf.

2. Melanjutkan Studi ke LIPIA Jakarta

Setelah menamatkan pendidikannya di TBS Kudus, beliau melanjutkan studi ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta. Lembaga ini berada di bawah naungan Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud Riyadh, Arab Saudi. Dari sini, pemahaman beliau tentang ilmu-ilmu syariah semakin luas, modern, dan mendalam.

Dari Kuli Bangunan Menjadi Ulama dengan Puluhan Kitab

Fenomena yang membuat masyarakat kagum adalah keseharian Mbah Riyan yang bekerja sebagai tukang bangunan. Namun, di balik kesibukan itu, beliau tetap produktif menulis kitab-kitab ilmiah. Puluhan karya telah lahir dari tangannya dengan bahasa Arab maupun Indonesia, membahas beragam cabang ilmu seperti: Tauhid dan aqidah, Tasawuf, Tajwid, Karomah Auliya, Kajian hadis dan tafsir

Hal ini menjadi bukti nyata bahwa profesi bukan penghalang untuk tetap menuntut ilmu dan berkarya. Banyak netizen menyebut beliau sebagai ulama kuli bangunan yang rendah hati, sederhana, namun berilmu tinggi.

Kiprah Mbah Riyan di Fanpage Maktabah Turmusy

Selain aktif menulis kitab, Mbah Riyan juga kerap muncul di Media Maktabah Turmusy, sebuah platform dakwah dan literasi Islam yang dikenal luas di kalangan santri dan akademisi. Melalui media ini, beliau ikut terlibat dalam proses tahqiq kitab-kitab muktabarah (kitab-kitab rujukan klasik) yang banyak digunakan di pondok pesantren Indonesia.

Beberapa kitab penting yang telah ditahqiq dan diperkenalkan melalui Maktabah Turmusy antara lain kitab fikih, tauhid, dan tasawuf yang menjadi pegangan utama santri di berbagai pesantren tradisional. Kehadiran beliau di media ini semakin memperkuat citra Mbah Riyan sebagai ulama muda yang tidak hanya produktif berkarya, tetapi juga peduli pada pelestarian khazanah keilmuan Islam klasik.

Sanjungan dari Teman Belajarnya: Komentar Mufty Syafii

Pengakuan atas keilmuan Mbah Riyan tidak hanya datang dari masyarakat, tetapi juga dari para alim dan cendekiawan. Salah satu sahabatnya, Mufty Syafii, memberikan kesaksian yang mendalam mengenai keunggulan karya-karya Mbah Riyan.

Dalam komentarnya, beliau menyebut:

“Dg Fadhol Alloh, Mbah Riyan sudah ngasih info minimal: Maroji’ secara tuntas setiap maqolah, riwayat, dan dalil kitab di dalamnya, cukup memberi gambaran valid atau tidaknya.

Kerap kali ada perubahan sengaja/tidak dalam terbitan baru bahasa lain yang kadang mengandung pemalsuan, walau hanya lebih atau kurang satu huruf, akan ketahuan dengan tahqiqnya. Setelah dibandingkan dengan beberapa maroji’ terbitan lebih dahulu dan langka, juga dengan qorinah lainnya.

Pemahaman yang remang-remang kadang diuraikan berdasarkan maroji’ lain.

Yang pasti saya melihat sendiri dengan mata kepala saya. Bahkan beberapa dosen dari Mesir, lulusan Al-Azhar, S-3, bahkan ada yang profesor, menyanjung beliau. Mereka sudah meneliti hasil karyanya belasan tahun lalu, sebelum karya beliau semakin banyak. Mereka kagum dan geleng-geleng kepala melihat hasil tahqiq Mbah Riyan. Beliau pendiam, tapi menghanyutkan.”

Kesaksian ini menunjukkan betapa karya-karya Mbah Riyan bukan hanya diakui di tingkat lokal, tetapi juga mendapat perhatian dari kalangan akademisi internasional, termasuk para profesor dari Universitas Al-Azhar Mesir.

Mengapa Sosok Mbah Riyan Viral?

Ada beberapa alasan mengapa sosok beliau menjadi pembicaraan hangat di media sosial. Kehidupan sederhana meski berilmu tinggi, beliau tetap bekerja sebagai kuli bangunan. Produktif berkarya menghasilkan banyak kitab meski dengan keterbatasan waktu dan fasilitas. Aktif di media literasi Islam sering muncul di Maktabah Turmusy dengan karya-karya tahqiq kitab muktabarah. Mendapat sanjungan ulama komentar dari sahabatnya, Mufty Syafii, serta pengakuan dosen-dosen Al-Azhar Mesir menambah kredibilitas beliau. Mbah Riyan menginspirasi netizen karena membuktikan bahwa siapa pun bisa menjadi ulama asalkan konsisten belajar.

Profil Mbah Riyan Ibnu Harjo Al Jawi menunjukkan kepada kita bahwa ilmu tidak mengenal batas profesi, status sosial, atau popularitas. Dari desa kecil di Kudus, seorang kuli bangunan bisa menjelma menjadi ulama dengan segudang karya ilmiah.

Sebagai alumni TBS Kudus dan lulusan LIPIA Jakarta, beliau mewarisi tradisi keilmuan pesantren sekaligus memperkaya dengan wawasan modern. Dengan kiprahnya di Maktabah Turmusy, Mbah Riyan turut berkontribusi melestarikan kitab-kitab muktabarah yang menjadi rujukan utama pesantren Indonesia.

Sanjungan dari sahabatnya, Mufty Syafii, serta pengakuan akademisi Mesir dari Universitas Al-Azhar menegaskan bahwa hasil tahqiq beliau diakui secara ilmiah, bahkan hingga tingkat internasional.

Sosoknya yang pendiam namun penuh karya membuat kisah hidupnya viral, menginspirasi banyak orang untuk terus belajar dan berkarya.


Posting Komentar